Waspadai Leptospirosis Pasca Banjir




Bulan Januari-Pebruari ini curah hujan makin tinggi di berbagai daerah. Daerah rawan banjir seperti Jakarta, termasuk juga daerah-daerah lain mesti mewaspadai penyakit Leptospirosis.


Apa sih Penyakit Leptospirosis itu?
Leptospirosis adalah penyakit infeksi akut yang dapat menyerang hewan maupun manusia, yang disebabkan oleh kuman berbentuk spiral yang disebut leptospira.

Siapa yang bisa terkena Leptospirosis?
Pada prinsipnya penyakit ini dapat menyerang semua usia. Namun insiden tertinggi antara usia 10-39 tahun. Sebagian besar kasus terjadi di musim penghujan.

Bagaimana kita mengenali seorang mengidap Leptospirosis?
Gejala yang ditimbulkan tidak spesifik sehingga sering tidak terdiagnosis. Gejala-gejala dapat berupa demam ringan atau tinggi yang umumnya bersifat remiten disertai nyeri kepala, menggigil, mialgia (nyeri otot), mual-muntah dan anoreksia. Nyeri di belakang bola mata dan silau (fotofobia). Terdapat gejala yang sedikit khas yaitu nyeri pada daerah otot betis sehingga sukar berjalan. Nyeri juga bisa dirasakan di punggung dan paha. Pada 10% kasus bisa menimbulkan keluhan mata kuning (ikterik).

Bagaimana cara penularannya?

Leptospirosis pada manusia ditularkan oleh hewan yang terinfeksi kuman leptospira. Hewan penjamu utama kuman leptospira adalah tikus. Namun hewan lainnya seperti babi, lembu, kambing, kucing, anjing juga bisa. Secara alami leptospira terdapat di air yang terkontaminasi urine (air kencing) binatang mengidap Leptospirosis. Proses penularan dapat secara langsung maupun tidak langsung.



Penularan langsung:
  • Melalui darah, urine dan cairan tubuh lain yang mengandung kuman leptospira
  • Dari hewan ke manusia, terutama pada orang-orang yang merawat /menangani organ tubuh hewan seperti tukang potong.
Penularan tidak langsung:
  • Melalui genangan air, sungai danau, selokan, aliran air dan lumpur yang tercemar urine hewan.

Upaya apa yang dapat kita lakukan untuk pencegahan?
Pencegahan penularan dengan intervensi sumber penyakit seperti mengurangi populasi tikus (baik diracun, pasang jebakan, rodensia, dll). Bagi pekerja yang sering berhubungan dengan binatang harus memakai pelindung seperti baju, sepatu boot, masker, kaca mata, celemek, dll. Mencuci tangan dan tubuh lainnya dengan antiseptik setelah terpapar dengan percikan urine, atau air yang diduga terkontaminasi.

Related Posts



Tidak ada komentar:

Posting Komentar